Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Tingkatan Jiwa Manusia Menurut Ibnu Sina

Jiwa manusia timbul dan tercipta tiap kali ada badan yang sesuai dan dapat menerima jiwa lahir didunia ini. Dari itu jiwa berbeda secara hakiki dengan jasad yang selalu berubah berlebih dan berkurang sehingga ia mengalami kefanaan setelah berpisah dengan jiwa.


Filsafat Islam Ibnu Sina Dan Pemikiran Tentang Jiwa Pdf

Menurut Ibn Sina manusia terdiri atas unsur jiwa dan jasad.

Tingkatan jiwa manusia menurut ibnu sina. Pembahasan kebaikan-kebaikan jiwa manusia indera dan lain-lain dan pembahasan lain yang biasa termasuk dalam pengertian ilmu jiwa dan. 1 Bagaimana pandangan jiwa menurut Ibnu Sina 2 Bagaimana tingkatan-tingkatan penyempurnaan jiwa manusia menurut Ibnu Sina. Jiwa meliputi kedua fungsi.

Jiwa manusia timbul dan tercipta tiap kali ada badan yang sesuai dan dapat menerima jiwa lahir di dunia ini. Hanya saja Ibn Sina menguraikan lebih rinci dan tentunya sesuai. Seperti umumnya filosof pada zamannya Ibnu Sina percaya bahwa manusia terdiri dari jasad dan jiwa.

Unsur jasad dengan segala anggotanya merupakan alat bagi jiwa dalam melakukan aktifitasnya. Masing-masing jiwa memiliki daya tersendiri. Jasad dengan segala kelengkapannya yang ada merupakan alat bagi jiwa untuk melakukan aktivitas.

Menurut Ibnu Sina manusia pada tahap fenomenal terdiri dari jasad dan nafs. Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penilitian ini adalah. Jika sensasi penginderaan dan gerak ditambhakan pada fungsi-fungsi di atas ia hanyalah jiwa binatang.

Kata jiwa dalam al-Quran dan hadits diistilahkan dengan al-nafs atau al-Ruh sebagaimana terdapat dalam surat Shad ayat 71-72 surat al-Isra ayat 27-30. Menurut Ibnu Sina sifat seseorang sangat bergantung pada pengaruh tiga macam jiwa pada dirinya. Kedua daya internal suatu.

Menurut Ibnu Sina jiwa adalah wujud imater yang terdapat didalam tubuh. Sungguh pun jiwa manusia tidak mempunyai fungsi - fungsi fisik dan dengan demikian tak berhajat pada badan untuk menjalankan. Kenabian menurut Ibnu Sina merupakan jiwa roh yang tinggi.

Kendati jiwa terdapat didalam tubuh jiwa merupakan hal transenden yang independen. Nabi merupakan manusia pilihan yang memiliki kelebihan dari manusia lainnya. Jiwa manusia timbul dan tercipta tiap kali ada badan yang sesuai dan dapat menerima jiwa lahir didunia ini.

Nafs tidak akan pernah mencapai tahap. Dalam bukunya Ibnu Sina menuliskan jiwa dan pembagian jiwa atau fakultasfakultas jiwa dengan daya-daya jiwa. Sungguh pun jiwa manusia tidak mempunyai fungsi fungsi fisik dan dengan demikian tak berhajat pada badan untuk menjalankan.

Korelasi antara nafs dan jasad bersifat interaksionis dalam arti masing-masing saling memerlukan. Jika jiwa tumbuh- tumbuhan atau binatang yang berkuasa pada dirinya orang itu akan menyerupai binatang. Ibnu Sina juga mengatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat.

Oleh sebab itu Ibn Sina menolak sepenuhnya pandangan tentang identitas yang mungkin dari dua jiwa atau dari ego yang terlebur dengan ego Ilahi ia menekankan bahwa kelanjutan hidupnya mestilah bersifat individual. Akal menguasai keinginan nafsu dan emosi sehingga dengan demikian. Menurut Ibnu Sina jiwa manusia merupakan satu unit yang tersendiri dan mempunyai wujud terlepas dari badan.

Semua sebab untuk peristiwa-peristiwa yang berada di luar jangkauan nalar ini sebenarnya terjadi di sekeliling kita melalui tiga prinsip. Adapun perbedaan konsep jiwa dari kedua tokoh. Menurut Ibnu Sina jiwa manusia merupakan satu unit yang tersendiri dan mempunyai wujud terlepas dari badan.

Sebagaimana Aristoteles Ibnu Sina membagi Jiwa dalam tiga bagian yaitu jiwa tumbuh-tumbuhan hewan dan manusia. Menurut Ibnu Sina jiwa manusia merupakan satu unit yang tersendiri dan mempunyai wujud terlepas dari badan. Sementara itu dalam tahap transendental nafs dengan segala potensinya tetap kekal abadi.

Tetapi jika jiwa manusia al-nafs iqah yang al-nât mempunyai pengaruh pada dirinya orang itu menyerupai malaikat dan dekat kepada kesempurnaan. Sungguh pun jiwa manusia tidak mempunyai fungsi - fungsi fisik dan dengan demikian tak berhajat pada badan untuk menjalankan tugasnya sebagai daya yang. Pertama pengaruh yang sifatnya psikologis seperti telah disebut di atas maksudnya pengaruh jiwa manusia terhadap jiwa manusia lainnya atau pengaruh jiwa manusia terhadap alam.

Hanya saja nafs telah menjadi sedemikian kuat ia dapat mempengaruhi jasad dengan sangat luar biasa. Menurut Ibnu Sina manusia bisa bergerak karena ada yang menggerakkan dari dalam tubuh manusia itu sendiri yaitu jiwa manusia. Segi-segi falsafah jiwa dan kejiwaan Ibnu Sina pada garis besarnya dapat dibagi menjadi dua segi yaitu 1 segi fisika yang membicarakan tentang macam-macamnya jiwa jiwa tumbuhan jiwa hewan dan jiwa manusia.

Dalam pandangannya ketika manusia menyatakan dirinya pada khalayak yang manusia nyatakan itu bukanlah tubuhnya melainkan. Menurut Ibn Sina antara jasad dan nafs memiliki korelasi sedemikian kuat saling bantu membantu tanpa henti-hentinya. Ibnu Sina menjustifikasi adanya jiwa dengan konsep Aku dan kesatuan fenomena psikologisnya.

Tingkatan-tingkatan Penyempurnaan Jiwa Manusia Pembahasaan mengenai jiwa mengambil porsi besar dalam fisika Ibnu Sina bahwa fungsi jiwa terbatas pada makan tumbuh dan reproduksi maka ia hanyalah jiwa tumbuhan belaka. Pemikiran Ibnu Sina tentang Jiwa dan Raga dan hubungan antara keduannya Keistimewaan pemikiran Ibnu Sina terletak pada filsafat jiwanya. Dengan demikian hakikat manusia adalah jiwanya dan.

Adapun persamaan dan perbedaan yang terlihat dari kedua konsep jiwa tersebut diantaranya konsep jiwa menurut Ibnu Sina dan Sigmund Freud dalam mengatur tingkah laku manusia yaitu adanya jiwa insani dan superego yang dapat mengarahkan manusia untuk berprilaku dengan baik sesuai norma yang berlaku di masyarakat. Jiwa manusia sebagaimana jiwa-jiwa lain dan segala apa yang terdapat di bawah bulan memancar dari akal kesepuluh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui.

Sedangkan tentang konsep jiwa pada umumnya para filosof Muslim mengikuti aliran Aristoteles dalam hal jiwa manusia yaitu berupa daya makan daya indra dan daya pikir yang berbeda dengan Plato bahwa jiwa manusia terdiri dari tiga bagian yaitu keinginan emosi dan berfikir. Jasad menurut Ibn Sina selalu berubah berganti bertambah dan berkurang sehingga ia mengalami kefanaan setelah berpisah dengan jiwa. Sungguh pun jiwa manusia tidak mempunyai fungsi-fungsi fisik dan dengan demikian tak berhajat pada badan untuk menjalankan tugasnya.

Kemudian Ibnu Sina membagi Jiwa kedalam tiga jiwa. Menurut Ibnu Sina jiwa manusia merupakan satu unit yang tersendiri dan mempunyai wujud terlepas dari badan. Memiliki mukjizat yang bertujuan mengajak manusia untuk meninggalkan kemusyrikan menetapkan peraturan untuk kebahagiaan umat manusia mengantar manusia untuk memahami sitem kebaikan.

Yakni jiwa nabati hewani dan Insani Rasional. Jiwa manusia timbul dan tercipta tiap kali ada badan yang sesuai dan dapat menerima jiwa lahir didunia ini.


Ibnu Sina Avicena Kel02


Ibnu Sina Avicena Kel02


Ibnu Sina Avicena Kel02


Posting Komentar untuk "Tingkatan Jiwa Manusia Menurut Ibnu Sina"